Thursday, 14 February 2013

Penjelasan Mengenai Tsiqah-nya seorang Perawi

Tsiqah
Yang dimaksud dengan tsiqah adalah orang yang memiliki sifat ‘adalah, sempurna dhabt dan itqan-nya.
‘Adalah
‘Adalah merupakan sebuah ibarat untuk menjelaskan bahwa seorang perawi senantiasa memegang teguh sifat jujur, amanah, dan taqwa, dan terhindar dari syirik, bid’ah, kefasiqan, kefajiran, dan hal-hal yang menjatuhkan marwah.
Dhabt dan Itqan
Maksudnya adalah mendengarnya seorang perawi, memahaminya dengan pemahaman yang sempurna, menghapalnya secara sempurna tanpa ada keraguan, dan menetapi hal-hal tersebut sejak saat mendengar sampai pada saat menyampaikan (meriwayatkan).
‘Adil
Adalah muslim, baligh, berakal, yang senantiasa melaksanakan ibadah-ibadah fardhu, menjauhi dosa-dosa besar, tidak membiasakan melakukan dosa-dosa kecil, dan memiliki adab dan akhlak yang bagus dan kebiasaan yang baik.
Dhabith
Adalah orang menghapal hadits-hadits yang dihapalnya dengan sempurna dalam dadanya (shadr) dimana dia bisa mengucapkannya dengan benar kapan pun dia ingin meriwayatkannya (ini disebut dhabth Shadri). Atau orang yang menjaga haditsnya dalam kitabnya yang di dalamnya tercantum hadits-haditsnya, dan menjaganya dari hilang, perubahan, kerusakan, dan lainnya (ini disebut Dhabth Kitabi) .
Seseorang pada umumnya diketahui kedhabithannya dengan kesesuaian riwayatnya dengan riwayat para perawi tsiqah yang dhabith baik dalam lafazh atau maknanya.

Sahabat
Yang dimaksud sahabat Nabi صلىّ الله عليه وسلم adalah setiap orang Islam yang bertemu dengan Nabi صلىّ الله عليه وسلم dalam keadaan beriman dan meninggal dalam kondisi beriman.
Semua sahabat itu tsiqah dan adil, kemajhulan[1] mereka tidak berpengaruh kepada kesahihan hadits.
Tabi’in
Yang dimaksud dengan tabi’in adalah orang-orang yang bertemu dengan sahabat Nabi dalam kondisi beriman dan meninggal juga dalam kondisi beriman.
Periwayatan tabi’in diterima dengan syarat tsiqah.
Tabi’ Tabi’in
Adalah orang-orang yang bertemu tabi’in.
Sama seperti tabi’in, periwayatan mereka diterima dengan syarat tsiqah.

diadaptasi dari al Fushul fi Mustallah hadits ar-Rusul, Syaikh hafizh Tsanaullah az-Zahidi. 


[1] insya Allah akan dibahas kemudian

Friday, 8 February 2013

Marfu’, Mauquf, dan Maqthu’



Hadits Marfu’ ada dua macam:
Sharih, yakni hadits yang secara jelas disandarkan kepada Nabi صلىّ الله عليه وسلم berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir.
Ghairu Sharih, yakni perkataan atau perbuatan sahabat dimana tidak mungkin perkataan atau perbuatan sahabat tersebut berasal dari pemikiran atau ijtihad, seperti pengabaran mengenai hal-hal yang telah terjadi di masa lalu atau masa yang akan datang, demikian juga sesuatu yang jika dikerjakan mendapatkan pahala atau hukuman yang khusus. Dinamakan juga marfu’ hukmi.

Hadits Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa ucapan maupun perbuatan, baik bersambung atau terputus sanadnya.

Hadits Maqthu’ adalah hadits yang disandarkan kepada tabiin atau tingkatan di bawahnya berupa perkataan atau perbuatan, baik sanadnya muttashil (bersambung) maupun munqathi’ (terputus).

sumber: Al Fushul fii Musthallah Hadits ar-Rusul, Syaikh Hafizh Tsanaullah az-Zahidi  
-------------
jadi, 
hadits marfu', mauquf, atau maqthu' ada yang muttashil (bersambung sanadnya) atau munqathi' (terputus sanadnya).
maqthu' berarti hadits yang matannya disandarkan kepada tabiin, munqathi' artinya terputus sanadnya

wallahu a'lam

Hadits, Khabar, dan Atsar



Hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi صلىّ الله عليه وسلم yang berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat.

Yang dimaksud dengan taqrir adalah apa-apa yang dilakukan atau dikatakan dihadapan Nabi صلىّ الله عليه وسلم atau Beliau صلىّ الله عليه وسلم dikabarkan tentang hal tersebut sementara Nabi صلىّ الله عليه وسلم tidak mengingkarinya.

Yang dimaksud dengan sifat adalah hal-hal yang berupa sifat dari sifat-sifat Nabi صلىّ الله عليه وسلم khalqiyyah (dari sisi fisiknya) seperti dalam hadits al Barra’ dari رضي الله عنه :
Rasulullah صلىّ الله عليه وسلم adalah orang yang paling tampan wajahnya, paling bagus akhlaknya, tidak terlalu tinggi, dan tidak juga pendek. (Muslim no. 2337)
Dan khuluqiyyah (dari sisi akhlaknya) seperti dalam hadits riwayat Anas رضي الله عنه : Rasulullah صلىّ الله عليه وسلم adalah orang yang paling bagus akhlaknya. (Muslim no. 2310)

Yang dimaksud dengan khabar adalah hadits dengan makna yang telah disebutkan sebelumnya, bisa juga berarti lebih umum dari hadits.

Yang dimaksud dengan atsar adalah hadits Nabi صلىّ الله عليه وسلم , bisa juga yang disandarkan kepada shahabat dan tabiin berupa perkataan dan perbuatan.

sumber: Al Fushul fii Musthallah Hadits ar-Rusul, Syaikh Hafizh Tsanaullah az-Zahidi